oleh

Dampak Pelajaran Daring Terhadap Prilaku Siswa

-HEADLINES-778 Dilihat

Oleh : Dewi Anita Sari

Abstrak

Proses pembelajaran selama pandemic berubahkarena  penggunaan jaringan jarak jauh. Hal ini berdampak pada guru karena tidak maksimal dalam memberikan materi pembelajaran dan mengganggu proses pembelajaran , sehingga  menyebabkan tidak tercapai  tujuan pembelajaran yang diharapkan. Akibatnya   materi tidak lengkap dan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran online tidak optimal . Dengan munculnya virus corona ini telah menjadi hambatan bagi semua orag didunia dan juga merupakan ancaman bagi kesehatan manusia .  Dalam dunia pendidikan, hal ini juga sangat juga berdampak yang sangat luar biasa. Dampak Covid-19 terhadap dunia pendidikan sangat besar dan semua pihak telah merasakannya, terutama  guru, kepala sekolah, peserta didik dan juga orang tua. Akibat pandemi yang tinggi, universitas dan perguruan tinggi seluruh dunia ditutup juga berlaku sampai tingkat sekolah dasar.

Pendahuluan

Di Negara kita (Indonesia) bahkan seluruh dunia sedang dihebohkan dengan adanya virus corona/coronavirus (Covid-19). Virus corona  ini menyebar di Indonesia pada awal tahun 2020 dan pertama kali ditemukan atau pertama kali muncul di kota Wuhan, China pada akhir Desember tahun lalu (2019). Hal ini menyebabkan beberapa negara bahkan mungkin di semua negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona tersebut. di Indonesia sendiri memberlakukan sistem PSBB, PSBB itu sendiri adalah singkatan dari “Pembatasan Sosial Berskala Besar”. Hal ini diberlakukan agar semua masyarakat Indonesia dapat mengurangi keterlibatan antar satu dengan yang lain dan juga bisa menjaga jarak .(Agustino, 2020; Ahidin, 2020; Misno, 2020)

Dengan ditutupnya  sekolah,  pemerintah telah  mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa proses  pembelajaran tidak tertinggal dan peserta didik terus mendapatkan ilmu. Maka dari itu, keputusan pemerintah selanjutnya adalah  proses pembelajaran bukan tatap muka, melainkan pembelajaran secara online.

Dengan adanya peraturan ini, guru harus mampu  melakukan proses pembelajaran  online  secara efektif. Pada dasarnya guru itu dituntut untuk dapat  melakukan pembelajaran secara online ,dan guru dituntut untuk menguasai teknologi informasi.

Mengenai permasalahan guru, Covid-19  berdampak besar pada peserta didik,khususnya  pelajaran yang biasanya dilakukan di dalam kelas dengan suasana banyak teman, sekarang harus berbanding terbalik dengan kondisi yang mengharuskan peserta didik belajar di rumah saja. Apalagi dengan melihat kemampuan yang dimiliki peserta didik berbeda, serta daya serap masing-masing peserta didik pastinya juga sangat berbeda. Hal ini secara otomatis akan berdampak pada prestasi dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran

BACA JUGA :  Kodim 1628/SB  Siap Dukung Operasi Lilin Rinjani  Pengamanan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023

Pembelajaran daring atau online merupakan pembelajaran berdasarkan pada teknologi yang bahan belajarnya dikirim secara elektronik ke peserta didik dari jarak jauh dan menggunakan jaringan komputer. Menurut pemerintah, pembelajaran online dinilai merupakan cara yang paling efektif untuk melakukan pembelajaran ditengah pandemi saat ini. Namun pembelajaran daring ini banyak dikeluhkan oleh berbagai pihak, karena dirasa kurang efektif. Selama ini kurangnya penguasaan perangkat teknologi informasi yang berakibat pada kemajuan dunia secara umum dan dunia pendidikan secara khusus (Sobron et al., 2019; Yani et al., 2017; Yanti et al., 2020; Zulfia & Syofyan, 2015).

Namun penggunaan teknologi bukan berarti tidak ada masalah, banyak kendala-kendala atau masalah-masalah yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran dengan metode daring, diantaranya adalah:

  1. Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan peserta didik

Keterbatasan penugasan teknologi informasi yang terjadi yaitu, dilihat dari kondisi guru di Indonesia tidak seluruhnya mampu memahami penggunaan teknologi (Andriani, 2015). Hal ini juga dapat dilihat dari guru-guru yang lahir tahun 1980-an. Kendala teknologi informasi membatasi mereka dalam menggunakan media daring, begitu juga dengan siswa yang kondisinya mungkin hampir sama dengan para guru-guru yang dimaksud dengan pemahaman penggunaan teknologi.

  1. Kerugian peserta didik pada Proses Penilaian

Adapun kerugian peserta didik dalam  proses evaluasi  yaitu, ketika sekolah ditutup peserta didik akan mengalami kerugia yang mendasar. Banyak juga  ujian sekolah maupun ujian nasional  yang seharusnya  dapat dilakukan oleh peserta didik pada kondisi normal, sekarang dengan mendadak karena dampak Covid-19, maka ujian tersebut dibatalkan ataupun ditunda. Evaluasi internal bagi sekolah mungkin dianggap kurang, akan tetapi bagi keluarga murid informasi penilaian murid itu sangatlah penting.

Pengaruh semacam ini  juga sudah terjadi terhadap orang tua yakni  mengenai kendala yang dihadapi para orang tua adalah adanya penambahan biaya untuk pembelian kuota internet , pada teknologi online memerlukan koneksi jaringan ke internet dan kuota, oleh karena itu tingkat penggunaan kuota internet akan semakin bertambah dan akan menambah beban pengeluaran orang tua.

Pembelajaran online yang diakibatkan oleh adanya covid-19 tentu saja berpengaruh pada perilaku sosial emosional pada anak yaitu anak kurang bersikap kooperatif karena anak jarang bermain bersama, kurangnya bersosialisasi dengan teman terbatasi adanya belajar dirumah, emosi anak yang terkadang merasa bosan dan sedih.( Kemenkes Fidiansjah (Antara & Prima, 2020).

BACA JUGA :  Dandim 1628 SB Datangi Mapolres KSB Mendadak dan Buat Kejutan di HUT Bhayangkara

Anak kurang bersikap kooperatif

Pembelajaran yang dilakukan dirumah pada saat pandemi covid-19 membuat anak terkadang kurang bersikap kooperatif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh bapak atau ibu guru di sekolah yang di bantu di kerjakan bersama orang tua. Orang tuamembantu anak belajar dirumah berdasarkan kegiatan yang berada disekolah, dengan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. perkembangan sosial berkaitan dengan kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain, sedangkan perkembangan emosional terkait dengan kemampuan anak mengelola emosi secara efektif ketika berinteraksi (Santrock, 2014). Penurunan sikap kooperatif pada anak ini kemungkinan terjadi karena selama daring anak tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya dan orang lain.

anak-anak yang mengikuti program homeschooling mengalami perkembangan sosial yang kurang baik pada beberapa aspek, seperti kurang dapat menerima keragaman atau multikultural dan juga memiliki toleransi yang rendah kepada orang lain (Rahma et al., 2018).

Anak Kurang Bersosialisasi

Proses bersosialisasi dimana seseorang belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya juga keterampilan-keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul,

berpakaian, cara makan dan sebagainya. Sosialisasi ialah suatu proses belajar peran, status dan nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan (partisipasi) dalam institusi sosial. sosialisasi adalah proses dimana seorang individu belajar dan menginternalisasikan norma dan nilai sepanjang hidupnya dalam masyarakat mana dia berada dan membangun identitas sosialnya.

perkembangan sosial emosi mengacu pada kemampuan anak untuk: memiliki pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap baik emosi positif maupun emosi negatif, mampu menjalin hubungan dengan anak-anak lain dan orang dewasa disekitarnya, serta secara aktif mengeksplorasi lingkungan melalu belajar Perkembangan sosial anak diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons lingkungan terha-dap anak. Perkembangan sosial yang optimal diperoleh dari respons sosial yang sehat dan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan minat dan sikapnya terhadap orang lain. Dan sebaliknya aktivitas yang terlalu banyak didominasi oleh guru akan meng-hambat perkembangan sosial emosi anak.Dari sisi sosial emosional, kegiatan bermain dalam melatih anak dalam mema-hami perasaan teman lainnya. Konflik dalam interaksi keduanya akan membantu anak dalam memahami bahwa orang selain dirinya yaitu temannya memiliki cara pandang yang berbeda dari dirinya. Penurunan pencapaian perkembangan sosial emosional ini kemungkinan terjadi karena selama daring anak tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan orang lain khususnya guru dan teman-temannya(Wulandari & Purwanta, 2020)

BACA JUGA :  Musim Kemarau Krisis Air Bersih di Poto Tano, Kapolres KSB Turun Langsung Distibusikan Air

Emosi anak yang terkadang merasa bosan

Tanpa disadari anak akan merasa bosan bila terus menerus berada dirumah, dan melakukan kegiatan atau aktifitas dirumah untuk mencegah penularan covid-19. Hal ini tentu berdampak pada sosial emosional anak, faktor yang mempengaruhi anak saat belajar dirumah adalah anak akan merasa cepat bosan karena pembelajaran dilakukan secara mandiri (Wiguna et al., 2020). Penerapan kebijakan belajar di rumah membuat sebagian siswa merasa cemasdan tertekan. Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru membuat banyak siswa merasa stres dalam menjalani pembelajaran daring (Drane et al., 2020)

Rasa bosan merupakan situasi yang sering dialami semua orang terutama anak-anak dalam keadaan yang seperti ini. Kebosanan dapat timbul dikarenakan situasi lingkungan yang tidak menarik, cenderung monotong dan tidak termotivasi dan dari diri sendiri sudah bosan dengan suatu situasi. Hal ini menimbulkan kecemasan saat pembelajaran daring yang dilakukan selama pandemi covid 19, kecemasan tersebut munculnya rasa bosan saat belajar dirumah (Oktawirawan, 2020). Emosi yang timbul pada anak juga tergantung bagaimana orangtua atau orang disekitarnya mendukung bagaimana pembelajaran terjadi di dalam rumah, seperti yang dikatakan oleh (Drane et al., 2020)Emosional dukungan untuk pelajar dan keluarga mereka adalah kunci dan dukungan harus menjangkau dan proaktif untuk memastikan bahwa keluarga yang paling terpengaruh oleh situasi ini mengelola secara emosional, secara finansial dan logistik.

Simpulan

Pembelajaran daring di rasa sangat kurang efektif bagi guru terutama untuk anak

usia sekolah dasar, karena pembelajaran yang dilakukan secara daring atau pembelajaran jarak jauh yang dilakukan dirumah tersebut, maka guru juga kurang maksimal dalam memberikan materi pembelajaran. Sehingga menjadikan materi tidak tuntas dan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran daring juga dirasa tidak maksimal. Hal ini mengakibatkan peserta didik juga merasa sangat jenuh akanpembelajaran daring, mereka juga akan cepat bosan dengan pemberian tugas setiap harinya.

Penulis adalah Mahasiswa UIN

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *